Wednesday, February 8, 2017

PENGKAJIAN FISIK JANTUNG


MATERI MATRIKULASI NERS
PENGKAJIAN FISIK JANTUNG DAN PARU
Tahun Akademik 2016/2017


A.    PENGKAJIAN FISIK JANTUNG

TEKNIK PEMERIKSAAN
KEMUNGKINAN TEMUAN
1.      INSPEKSI & PALPASI

Tujuan : untuk mengetahui adanya kesusahan dalam pengembangan dada, henti gerakan atau thrill

Identifikasi impuls apical
u Bentuk dan ukuran
u Cari iktus kordis (pukulan ventrikel kiri pada dinding dada) pada Interkosta 5 sinistra, linea medio clavicularis sinistra (LMCS), diameter + 2 cm.
u Sulit ditemukan pada orang gemuk dan kelenjer mammae besar.
u Iktus yang nyata sesuai dengan kerja ventrikel kiri yang meningkat.
u Bulging prekordial (daerah prekordial yang lebih menonjol dari dinding toraks) kemungkinan permbesaran ventrikel kanan atau aneurisma aorta.

Miringkan pasien ke kiri, catat :

·         Letak impuls
Berges kekiri pada wanita hamil
·         Diameter
Peningkatan diameter, amplitude & durasi pada dilatasi ventrikel kiri karena gagal jantung kongestif atau kardiomiopati iskemik.
u Iktus kordis teraba atau tidak.
u Bila teraba, normal diameter + 2 cm.
·         Amplitudo (seperti ketukan)
Terus menerus pada hipertropi ventrikel kiri; menyebar pada gagal jantung kongesti

·         Durasi
Raba impuls ventrikel kanan pada parasternum kiri dan area epigastrik
·         Bila kuat dan bergeser ke kiri à LVH.
·         Bila naik turun pada linea sternalis kiri (parasternum kiri dan area epigastrik) à RVH.
Palpasi interkostal kanan dan kiri dekat sternum. Catat adanya thrill pada area ini.
Pulsasi pembuluh darah besar; S2 yang menonjol; thrill pada stenosis aorta atau pulmonal

2.      PERKUSI

u Pada orang gemuk atau berotot agak sulit menentukannya.
u Suara normal redup
(Berlangsung singkat dan beramplitudo rendah, perkusi diatas organ padat seperti hati dan jantung)

Batas jantung
Atas     :
ICS II linea sternalis dex - ICS II                        linea sternalis sinistra

Tengah :
ICS III 2-3 cm ke kiri dri linea sternalis sinistra

Bawah :
ICS IV linea sternalis dekstra - sinistra – ICS V  mid clavikula linea sinistra


u Pembesaran ventrikel kiri (LVH) – ke kiri – bawah
u Pembesaran ventrikel kanan (RVH)- ke kanan- bawah
u Pembesaran atrium kiri (LAH) - sampai dengan atas klavikula sinistra
u Pembesaran atrium kanan (RAH) – sampai dengan atas klavikula dextra



























3.      AUSKULTASI

Dengarkan jantung dengan stetoskop, gunakan diafragma untuk bunyi relative tinggi (S1, S2).
Gunakan bel untuk bunyi nada relative rendah pada batas sternum kiri bawah dan apeks.
u Suasana tenang.
u Dengarkan bunyi jantung satu per satu.

Dengarkan masing- masing area

à BJ I : bunyi menutupnya katup Mitral (M) dan Trikuspidal (T)
à BJ II : bunyi menutupnya katup Aorta (A) dan Pulmonalis (P).
à BJ II-A (katup Aorta) – pada interkostae 2, linea sternalis kanan.
à BJ II-P (katup Pulmonalis) --- pada interkostae 2, linea sternalis kiri dan interkostae 3., linea sternalis kiri.
à BJ I-T (katup Trikuspidalis) --- pada interkostae 4 atau 5, linea sternalis kiri.
à BJ I-M (katup Mitralis) --- pada Interkostae 5, Linea Medio Clavicula Sinistra (LMCS)
BJ I lebih halus dari pada BJ II
u Pada keadaan normal, BJ II (A dan P ) serta BJ I (T dan M) adalah bunyi tunggal.
u Bila pasien disuruh nafas dalam bisa terjadi bunyi yang terbelah (split) karena pada inspirasi dalam tekanan intra torakal berkurang, darah lebih banyak ke paru-paru, artinya atrium kanan dan ventrikel kanan (katup P) sedikit lama daripada ventrikel kiri (katup A). Hal ini disebut “normal Splitting”.


Peningkatan BJ I : takikardia, keadaan curah jantung yang tinggi (anemia, hipertiroidisme, latihan fisik); stenosis mitral

Penurunan BJ I : penurunan kontraktilitas ventrikel kiri ( pada gagal jantung kongesti atau PJK), katup mitral imobil; seperti regurgitasi mitral

Peningkatan BJ II : hipertensi sistemik; dilatasi radiks aortic

Penurunana BJ II : katup mitral imobil, seperti pada stenosis aortic kalsifik


u Bila tetap terdengar BJ II split, baik inspirasi maupun ekspirasi merupakan tanda yang spesifik untuk Atrial Septal Defect (ASD) atau Stenosis Pulmonal.








B.     PENGKAJIAN FISIK PARU

TEKNIK PEMERIKSAAN
KEMUNGKINAN TEMUAN
4.      INSPEKSI & PALPASI

Tujuan : untuk mengetahui rasa ketidaknyamanan dada, rasa nyeri, tanda – tanda kesusahan dalam bernafas, dll.

Identifikasi
u Ekspresi wajah pasien






u Sikap tubuh pasien







u Leher




u Konfigurasi Dada





















u Laju dan pola Respirasi









Palpasi dada untuk mengetahui :

u Taktil fremitus/ vocal fremitus/ stem fremitus
Prinsip Fremitus Taktil
· Kata yg diucapkan menimbulkan getaran Þ fremitus vokal atau fremitus taktil
Pemeriksaan fremitus taktil
·     Letakan ulnar tangan kanan pada dinding dada Þ minta pasien menyebutkan “tujuh puluh tujuh” . Nilai femitus taktil, dan tangan pemeriksa digerakan ke posisi yang sama pada sisi yang berlawanan. Perhatikan perbedaan hantaran suara ke dinding dada. Minta pasien untuk lebih keras atau lebih dalam saat mengucapkan katanya. Periksa 5-6 daerah yang berbeda.

u Nyeri Tekan

u Pergerakan dada posterior
·         Derajat kesimetrisan pergerakan dada ditentukan dengan meletakan tangan pemeriksa mendatar dipunggung pasien dg ibu jari sejajar dg garis tengah ± iga ke 10 dan tarik sedikit kulit dibawahnya ke garis tengah. Minta pasien manarik nafas dalam dan perhatikan kesimetrisan gerakan tangan pemeriksa.



u Pergerakan dada anterior
·         Kesimetrisan dinding dada anterior dilakukan dg meletakan kedua tangan sepanjang margo iga lateral

u Tangan
           

*      Cuping hidung atau bernafas di bibir dikerutkan
*      Stridor : pada obstruksi jalan nafas akibat benda asing / epiglotis
*      Wheezing : saat ekspirasi pada asma & PPOM
*      Sianosis

·         Obstruksi saluran pernafasan Þ posisi menyokong lengan dan memfiksasi otot bahu dan leher membantu respirasi
·         Obstruksi bronkus Þ memegangi sisi-sis TT
·         Orthopnea Þ duduk atau berbaring dg beberapa bantal

o   Apakah bernafas dg otot-otot asesoris
o   Gerakan ke atas klavikula > 5 mm selama pernafasan Þ peny. Obstruksi paru yang berat

Ø  Tong/ barrel chest Þpeningkatan diameter anterior posterior (AP) atau cenderung mendekati diameter lateral, di jumpai pada COPD lanjut.
Ø  Flail chest Þ satu sisi dada bergerak scr paradoksal ke dalam selama inspirasi, dijumpai pada fraktur iga
Ø  Kifoskoliosis Þ deformitas tulang punggung, terdapat lengkung tulang punggung abnormal AP dan lateral Þ pengembangan dada dan paru sangat terbatas.
Ø  Pectus excavatum (corong) Þ cekung pd sternum            kompresi jantung & pembuluh darah besar dpt menyebabkan murmur
Ø  Pectus carinum Þ dada burung (pada pneumonia kronik)



u Setelah menghitung nadi radial, arahkan pandangan ke dada dan evaluasi respirasinya
u Hitunglah pernafasan dalam satu menit
u Bradipnea Þ perlambatan respirasi
u Takipnea Þ peningkatan respirasi
u Apnea Þ berhentinya pernafasan sementara
u Hiperpnea (pernafasan Kusmaul) Þpeningkatan dalamnya pernfasan


o   Peningkatan getaran fremitus taktil Þ meningkatnya kepadatan paru seperti konsolidasi
o   Penurunan getaran fremitus taktil Þ Peningkatan jumlah jaringan lemak di dada, cairan atau udara di rongga dada dan paru-paru yang mengembang.













ü  Fraktur iga


Þ penyakit paru setempat dpt menyebabkan satu sisi dada bergerak lebih sedikit dibanding dengan sisi sebelahnya

















·         Clubing fingger Þhilangnya sudut antara kuku dan falang terminal. Biasany terkait dg (tumor intratoraks, jalan pintas campuran vena ke arteri, peny. Kronis paru, fibrosis hati kronis

5.      PERKUSI

Batas Paru
Atas                
Fossa supra klavikula dex-sin

Bawah
Iga ke VI garis midclavikula, iga ke VIII garis midaxila, iga ke X garis skapula.

Prinsip Perkusi
o  Perkusi adalah mengetuk permukaan untuk menetukan struktur dibawahnya
o  Getaran akibat perkusi hanya menilai jaringan paru hingga kedalaman 5-6 cm
           
ü  Bunyi Redup Þ berlangsung singkat dan beramplitudo rendah, perkusi diatas organ padat seperti hati dan jantung.
ü  Bunyi Sonor/ resonan Þ Amplitudo lebih tinggi, perkusi di atas udara dan jaringan seperti paru-paru (normal)
ü  Bunyi Timpani Þ nada tinggi dan bergaung, perkusi didaerah berlubang yg berisi udara seperti lambung (pneumotoraks yang luas)
ü  Bunyi Pekak Þ nada tinggi, perkusi didaerah otot yang besar seperi paha (pneumonia lobaris)
ü  Area paru redup Þ paru berisi cairan seperti pneumonia, efusi pleura
ü  Area paru hipersonor Þ paru banyak udara, seperi pada emfisema (emfisema, pneumotoraks)

6.      AUSKULTASI

Dengarkan paru dengan stetoskop,
Ø  Bel Þ untuk suara nada rendah, ditempelkan dg longgar pada kulit;
Ø  Diafragma Þ suara nada tinggi, ditempelkan dg kuat pada kulit.

Lokasi :
ü  Area paru – paru
ü  ICS I/ II atau area interskapula
ü  Diatas manubrium
ü  Diatas trakea





Posisi pasien
o   Pada bagian anterior, pertama posisi pasien duduk lalu berbaring
o   Anjurkan pasien untuk menarik dan mengeluarkan nafas melalui mulut, perhatikan panjang inspirasi kemudian ekspirasi.
o   Pemeriksaan dilakukan dari sisi ke sisi dan dari atas ke bawah, dengan membandingkan satu sisi dengan sisi lainnya.
o   Umumnya paru mempunyai nada tinggi, maka gunakan diafragma untuk mendengarkannya.

Suasana tenang.
u Dengarkan bunyi paru di masing – masing area







(Intensitas & nada bunyi eksp, durasi)
·         Vesikuler (halus-rendah, insp > eksp)
·         Bronkovesikuler (sedang, insp = eksp)
·         Bronkial (keras-tinggi, eksp > insp)
·         Trakeal (sangat keras-tinggi, insp = eksp)



















v  Bunyi nafas yg lemah umum ditemukan pada emfisema











Funnel chest                            Tong                            Dada burung
 

Tehnik pemeriksaan pergerakan dada anterior




Tehnik pemeriksaan pergerakan dada posterior




Teknik memeriksa fremitus taktil



Area anterior                                                   Area Posterior





Batas-batas topografi toraks posterior






Toraks anterior                                                Bagian pada pandangan lateral








No comments:

Post a Comment